Gambar Sampul Seni Budaya · BAB 2 BERKARYA SENI RUPA
Seni Budaya · BAB 2 BERKARYA SENI RUPA
Sem Cornelyus Bangun, dkk

24/08/2021 12:07:34

SMA 11 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

8

Semester 1

A.

Berekspresi

Pelaksanaan aktivitas kreasi seni lukis adalah kegiatan

merealisasikan konsep seni sebagai ekspresi. Yakni konsep yang

mendasarkan sumber inspirasi seni dipetik dari kehidupan psikologis

pelaku kreatif. Karenanya jenis seni ini lebih bersifat subjektif,

namun sangat penting dalam membentuk keseimbangan antara

kehidupan rohani dan jasmani seseorang. (katarsis). Proses kreatif

berekspresi ini antara lain, memerlukan persiapan: kanvas ukuran

60 x 60 cm, palet, cat minyak atau cat acrylic, kuas, cucian kuas,

kain lap, dan perlengkapan lain yang dipandang perlu.

1.

Men

gamati

Siswa melaksanakan pengamatan terhadap realitas internal

kehidupan spiritualnya, misalnya memusatkan perhatian pada

kehidupan rohaninya, mungkin hal itu berkenaan dengan cita-

cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan pengalaman-

pengalaman kejiwaan lain yang sekarang, saat ini, dialami.

2.

Men

anyakan

Kemudian tanyakan kepada diri sendiri, gejala kejiwaan

mana yang paling menjadi masalah, yang paling urgen untuk

diekspresikan lewat kegiatan penciptaan lukisan. Sehingga

dengan cara itu kehidupan batin kita menjadi lebih tenang, sehat,

dan seimbang. Lalu tetapkanlah itu sebagai sumber inspirasi atau

gagasan kreativitas anda. (penentuan

subject matter

atau tema).

3.

Men

coba

Selanjutnya cobalah mereka-reka wujud visual gagasan

tersebut, dalam imajinasi anda, lalu buatlah sketsa-sketsa

alternatif bagaimana rupa karya lukisan yang anda inginkan,

apakah figuratif menyerupai bentuk-bentuk alamiah, semi

figuratif karena telah mengalami distorsi dari bentuk alamiahnya.

Atau non figuratif, yang sama sekali tidak melukiskan gejala

alamiah lagi, melainkan bentuk-bentuk abstrak. Tidak ada

batasan yang perlu mengekang kebebasan kreatif anda dalam

memilih gambaran wujud lukisan. Batasannya adalah pencapaian

kepuasan berekspresi, sama dengan terealisasinya gagasan

menjadi lukisan.

Berkarya Seni Rupa

BAB

2

9

Seni Budaya

4.

Menalar

D

ari sejumlah sketsa yang telah anda buat itu, analisis

kekuatan dan kelemahan setiap sketsa. baik dari aspek konseptual,

visual, dan kemungkinan penggunaan media (bahan baku seni)

teknik berkarya yang sesuai, dan tetapkan salah satu sketsa yang

paling representatif memenuhi harapan anda. Dan kemudian

berekspresilah dengan penuh rasa percaya diri. Untuk menandai

lukisan telah selesai atau belum, tolok ukurnya adalah kepuasan

yang anda alami. Jika rasa puas itu telah hadir, kepuasan

mempersepsi wujud lukisan yang diciptakan, maka lukisan itu

dapat dibubuhi dengan tanda tangan atau inisial anda. Sebagai

bukti andalah penciptanya, dan anda bertanggung jawab penuh

atas ciptaan tersebut.

5.

Me

nyajikan

Pengertian penyajian sebuah lukisan, tidak sama dengan

penyajian makalah dalam kegiatan diskusi. Jadi dalam konteks

ini siswa mengerjakan pemberian bingkai yang sesuai dengan,

baik ukurannya, warnanya, maupun kesesuaian dengan aliran

lukisan. Selanjutnya menulis ringkasan konsep, deskripsi

visual, pembuatan label (judul, tahun penciptaan, media yang

digunakan, ukuran, dan nama pencipta, serta foto karya lukisan).

Sumber: Buku Indonesian

Art and Beyond

Gambar 2.1

Lucia Hartini,

Breaking through The

Limits

, 1991, cat minyak

pada kanvas, 95 x 100 cm.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

10

Semester 1

Semua keterangan ini di-print dan dilekatkan di bagian belakang

lukisan. Sehingga lukisan itu dikatakan “siap dipamerkan”

Kemudian lukisan tersebut untuk sementara akan di simpan

di ruang koleksi. Penyajian seni lukis yang sesungguhnya akan

diselenggarakan dalam bentuk pameran awal tahun berjalan.

Yang diselenggarakan dengan pembentukan panitia pameran

yang bekerja-sama dengan pihak-pihak lain, misalnya galeri,

kurator, sponsor, donatur, pers, dan lain-lain. Untuk penyajian

lukisan, nanti akan dibahas secara tersendiri, dalam bab Pameran

Seni Rupa.

B.

Rangkuman

Berekspresi adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, realitas

internal kehidupan spiritual siswa membutuhkan penyaluran, agar

dapat mencapai keseimbangan kehidupan rohaniah yang sehat.

Proses mengamati, menanyakan, mencoba, menalar, dan menyaji

adalah aktivitas proses kreasi yang lebih bersifat objektif. Dengan

memadukan realitas internal yang subjektif dengan pendekatan

objektif diharapkan siswa mendapatkan pengalaman yang berharga,

yakni keharmonisan antar kehidupan batiniah dan kehidupan

lahiriah. Dari proses kegiatan berekspresi ini potensi artistik para

siswa akan berkembang, dan karya-karya siswa adalah objek-0bjek

real tentang apa yang mereka harapkan, inginkan, dan sudah pasti

merupakan dokumen penting bagi kehidupan psikologis mereka.

C.

Refleksi

Aktivitas berekspresi dalam penciptaan lukisan di samping

menghasilkan karya seni lukis, sebagai benda seni yang mengandung

nilai keindahan dan makna seni. Juga berfungsi sebagai katarsis atau

terapi bagi pelaku kreatifnya sendiri. Sedangkan bagi para psikolog,

karya lukisan yang diciptakan para siswa itu, merupakan data

kehidupan psikologis yang dapat dipakai sebagai objek penelitian.

Untuk, misalnya, mengetahui realitas kehidupan emosional,

intelektual, imajinasi para siswa kita.

D.

Uji Kompetensi

1.

Sikap Berekspresi

U

raikan antusias kamu ketika berekspresi menciptakan

suatu lukisan.

Tulis deskripsi dan fungsi seni lukis yang kamu ciptakan.

2.

Ke

terampilan Berekspresi

Mengamati melalui lembar observasi ketika siswa berkarya

(fluensi, fleksibilitas, elaborasi).

11

Seni Budaya

Mengamati pada lukisan yang dihasilkan siswa (teknik artistik:

realisasi gagasan menjadi lukisan, komposisi dan gaya pribadi).

3.

Pe

ngetahuan Berkreasi

a.

Kog

nitif

Uraikan dengan ringkas aspek konseptual, aspek visual,

dan aspek prosedural kegiatan berekspresi melalui seni

lukis, seperti yang sudah kamu lakukan.

Jelaskan bagaimana proses kegiatan berekspresi dengan

pendekatan saintifik, dapat merealisasi gagasan menjadi

lukisan.

b.

Met

akognitif

Tulis aspek konseptual lukisan yang kamu ciptakan,

kemukakan alasan-alasan logis mengapa kamu memilih

bentuk visual seperti itu. Kemudian uraikan manfaat seni

lukis yang kamu ciptakan bagi orang lain (konsumen seni),

dan apa pula manfaat aktivitas berekspresi melalui lukisan

bagi kehidupan kamu pribadi.

4.

Pe

nilaian Diri

a.

Ap

akah anda merasa puas dengan lukisan yang anda hasilkan?

Jika ya, tuliskan alasannya. Jika tidak puas, tuliskan pula

alasannya.

b.

Ap

akah lukisan anda termasuk lukisan figuratif, semi figuratif,

atau non figuratif. Jawablah dengan menunjukkan bukti dan

fakta visualnya pada lukisan yang anda ciptakan.

c.

Ap

akah lukisan anda telah sesuai dengan “makna” yang

ingin anda ekspresikan.

E.

Bereksperimen

Aktivitas penciptaan seni rupa (murni, desain, dan kria)

yang mementingkan kreativitas, sangat memerlukan keberanian

bereksperimen. Ada perupa yang bereksperimen dalam penyajian

bentuk seni (menciptakan bentuk baru), sementara perupa lain

bereksperimen dalam memilih dan mengkombinasikan aspek

konseptual penciptaan seni. Ada pula perupa yang melakukan

eksperimen dengan memodifikasi konvensi seni, desain, dan

kria yang ada, dan, yang terakhir ada perupa yang benar-benar

bereksperimen menciptakan karya seni yang benar-benar baru.

Dalam konteks proses kreatif, Guilford dalam Semiawan,

Dimensi

Kreatif dalam Filasafat Ilmu

menyebutkan; sifat fluensi, fleksibilitas,

orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi adalah kemampuan yang

perlu dikembangkan melalui aktivitas eksperimen. Fluensi

terkait langsung dengan kesigapan, kelancaran, dan kemampuan

melahirkan banyak gagasan. Fleksibilitas adalah kemampuan

untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

12

Semester 1

memecahkan masalah. Sedangkan orisinalitas adalah kemampuan

mencetuskan gagasan-gagasan asli. Dan redefinisi adalah

kemampuan merumuskan batasan-batasan dari sudut pandang

lain dari pada cara-cara yang sudah lazim. Misalnya lukisan secara

konvensional didefinisikan sebagai karya seni dua dimensioanal,

batasan ini dianggap oleh sebagian pelukis kreatif mengekang

kreativitas. Dengan sengaja mereka membuat lukisan dalam

wujud tiga dimensional (bentuk piramid tiga dimensi). Ini adalah

redefinisi bentuk seni.

1.

Pe

nciptaan Seni Rupa Murni

Penciptaan seni rupa murni merupakan kegiatan berkarya

seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, dan lain-lain, untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan

menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik. Kepekaan

artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola

atau mengorganisir elemen-elemen visual untuk mewujudkan

gagasan menjadi karya nyata.

a.

Asp

ek Konseptual

1)

Pen

emuan Sumber Inspirasi

Titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah

penemuan gagasan. Kita harus memiliki gagasan yang jelas

dalam mengekspresikan pengalaman artistik. Sumbernya;

(1) berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan

spiritual (psikologis) kita sendiri. Misalnya harapan,

cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan

pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang kadangkala

belum teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata lain,

gagasan seni timbul dari kebutuhan kita sebagai manusia

untuk berekspresi. (2) berasal dari realitas eksternal, yaitu

hubungan pribadi kita dengan Tuhan (tema religius),

hubungan pribadi kita dengan sesama (tema sosial:

keadilan, kemiskinan, nasionalisme), hubungan pribadi

kita dengan alam (tema: lingkungan, keindahan alam)

dan lain sebagainya.

2)

Pen

etapan Interes Seni

Dalam aktivitas penciptaan kita harus dapat menentukan

interes seni kita sendiri, sehingga dapat berkreasi secara

optimal. Pada dasarnya terdapat tiga interes seni: (1)

interes pragmatis, menempatkan seni sebagai instrumen

pencapaian tujuan tertentu. Misalnya tujuan nasional,

moral, politik, dakwah, dan lain-lain. (2) interes reflektif,

menempatkan seni sebagai pencerminan realitas aktual

(fakta dan kenyataan kehidupan) dan realitas khayali

(realitas yang kita bayangkan sebagai sesuatu yang ideal).

dan (3) interes estetis, berupaya melepaskan seni dari

13

Seni Budaya

nilai-nilai pragmatis dan instrumentalis. Jadi interes

estetis mengeksplorasi nilai-nilai estetik secara mandiri

(seni untuk seni).

Dengan menetapkan interes seni, kita akan lebih

memahami tujuan kita menciptakan karya.

3)

Pen

etapan Interes Bentuk

Untuk mengekspresikan penghayatan nilai-nilai

internal atau eksternal dengan tuntas, kita perlu

mempertimbangkan kecenderungan umum minat

dan selera seni kita sendiri. Misalnya kita dapat

mencermati karya-karya yang telah kita buat selama studi.

Kecenderungan yang dapat kita pilih adalah (1) bentuk

figuratif, yakni karya seni rupa yang menggambarkan

figur yang kita kenal sebagai objek-objek alami, manusia,

hewan, tumbuhan, gunung, laut dan lain-lain yang

digambarkan dengan cara meniru rupa dan warna benda-

benda tersebut. (2) bentuk semi figuratif, yakni karya seni

rupa yang “setengah figuratif ”, masih menggambarkan

figur atau kenyataan alamiah, tetapi bentuk dan warnanya

telah mengalami distorsi, deformasi, stilasi, oleh perupa.

Jadi bentuk tidak meniru rupa sesungguhnya, tetapi

dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk

tubuh manusia diperpanjang, atau patung dewa yang

bertangan banyak, bentuk gunung atau arsitektur yang

disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek

estetis dan artistik. (3) bentuk nonfiguratif, adalah karya-

karya seni rupa yang sama sekali tidak menggambarkan

Sumber: Buku Affandi,

Suatu Jalan Baru dalam

Ekspresionisme

Gambar 2.2

Affandi,

Potret Diri dengan

Matahari

, 1977, cat

minyak pada kanvas, 99 x

125 cm.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

14

Semester 1

bentuk-bentuk alamiah, jadi tanpa figur atau tanpa objek

(karenanya disebut pula seni rupa non objektif ). Karya-

karya seni rupa non figuratif, jadinya merupakan susunan

unsur-unsur visual yang ditata sedemikian rupa untuk

menghasilkan satu karya yang indah. Istilah lain menyebut

karya seni rupa non figuratif adalah karya seni abstrak.

Pada umumya karya abstrak yang berhasil adalah karya

yang memiliki “bentuk bermakna”. Artinya sebuah karya

seni yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman

estetis bagi orang yang mengamatinya. Dengan kata lain

karya seni yang dapat membangkitkan perasaan yang

menyenangkan, yaitu rasa keindahan.

4)

Pen

etapan Prinsip estetik

Pada umumnya karya seni rupa murni menganut prinsip

estetika tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi

cita rasa keindahan yang melekat pada karya-karya

yang pernah kita ciptakan. Pada tahap ini, kita perlu

menetapkan prinsip estetika yang paling sesuai untuk

mengungkapkan pengalaman kita. Alternatif prinsip

estetika yang dapat dipilih ialah: (1) pramodern,

prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas

merepresentasi bentuk-bentuk alam, atau aktivitas

pelestarian kaidah estetik tradisional (2) modern, prinsip

estetika yang memandang seni sebagai aktivitas kreatif,

yang mengutamakan aspek penemuan, orisinalitas,

dan gaya pribadi atau

personality

. (3) posmodern,

prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas

permaianan tanda yang hiperriil dan ironik, sifatnya

eklektik (meminjam dan memadu gaya seni lama)

dan menyajikannya sebagai pencerminan budaya

konsumerisme masa kini.

b.

Asp

ek Visual

1)

St

ruktur Visual. Untuk mewujudkan aspek konseptual

menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih spesifik

dalam

subject matter

, masalah pokok atau tema seni

yang akan diciptakan. Misalnya tema sosial: kemiskinan,

dengan pilihan objek “pengemis”. Tema perjuangan:

dengan pilihan objek “Pangeran Diponegoro”, tema

religius: lukisan kaligrafi dengan objek “ayat tertentu”,

dan lain sebagainya. Objek-objek tersebut dapat

divisualisasikan dengan berbagai cara, pilihlah unsur-

unsur rupa (garis, warna, tekstur, bidang, volume,

ruang), sesuai dengan kebutuhan interes seni, interes

bentuk dan prinsip estetika yang telah ditetapkan

dalam aspek konseptual.

15

Seni Budaya

2)

Komposisi. Hasil seleksi unsur-unsur rupa dikelola, ditata,

den

gan prinsip-prinsip tertentu, baik terhadap setiap

unsur secara tersendiri maupun dalam hubungannya

dengan bentuk atau warna. Dengan memperhatikan empat

prinsip pokok komposisi, yaitu: proporsi, keseimbangan,

irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik

keunikan pribadi kita.

3)

Gaya p

ribadi

Dalam penciptaan karya seni, karakteristik atau ciri

khas seorang perupa merupakan faktor bawaan, yang

menandai sifat unik karya yang diciptakannya. Misalnya

Raden Saleh, Basoeki Abdullah dan S. Soedjojono,

meskipun sama-sama melukis dengan gaya realisme,

karyanya akan sangat berlainan karena unsur gaya pribadi.

Karya Raden Saleh menghadirkan suasana dramatis

aristokratis, karya Basoeki Abdullah memperlihatkan

idealisasi keindahan yang permai, sedangkan karya

S. Soedjojono menghadirkan suasana heroisme dan

nasionalisme.

Dalam aktivitas pembelajaran seni rupa, gaya pribadi

akan lebih mudah terlihat apabila kebebasan berkreasi

diberikan, sehingga karya-karya siswa dengan sendi-

rinya memperlihatkan keberagaman gaya seni sesuai

kepribadiannya masing-masing.

2.

Asp

ek Operasional

Langkah-langkah kerja dalam keseluruhan proses

perwujudan karya dimulai dari penetapan bahan, peralatan utama

dan pendukung, serta teknik-teknik dalam memperlakukan

bahan dengan peralatannya. Seluruh proses dikelompokkan ke

dalam tiga tahap: (1) Tahap persiapan. pengadaan dan pengolahan

bahan utama, bahan pendukung, dan pengadaan peralatan. (2)

Tahap Pelaksanaan, berkenaan dengan pengalaman artistik,

aktivitas proses kreasi dari awal hingga selesai. (3) Tahap akhir,

karya seni rupa yang sudah diciptakan, masih membutuhkan

tindakan-tindakan khusus supaya siap dipamerkan. Jenis karya

seni rupa tertentu memerlukan pembersihan menyeluruh, lapisan

pengawet

(coating),

atau lembaran kaca dan bingkai. Jenis lain

membutuhkan kemasan. Semuanya harus digarap dengan baik,

sampai sebuah karya seni rupa dikatakan siap pamer.

F.

Pengertian Dasar Seni Lukis

Penciptaan karya seni lukis, menuntut pengetahuan dan

spesialisasi bidang keahlian, karena itu diperlukan pengetahuan

dasar seni lukis sebagai fondasi proses kreatif yang dilakukan.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

16

Semester 1

1.

Ruang lingkup seni lukis

S

ebenarnya banyak pengertian seni lukis yang didefinisikan

oleh para pakar seni, namun pada umumnya, tidak ada

satupun definisi yang dapat memuaskan semua orang. Karena

sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman dan memiliki

banyak aliran, yang satu sama lain di samping mempunyai

persamaan, juga tidak jarang saling bertentangan secara

diametral. Dari sekian banyak definisi itu, di sini dipilih salah

satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan memahami

pengertian seni lukis.

Secara teknis lukisan adalah pembubuhan pigmen atau wama

dengan bahan pelarut di atas permukaan bidang dasar, seperti

pada kanvas, panel untuk menghasilkan sensasi atau ilusi

ruang, gerakan, tekstur, untuk mengekspresikan berbagai

makna atau nilai subjektif, baik yang sifatnya intelektual, emosi,

simbolik, relegius, dan lain-lain.

Selanjutnya Herbert Read mengatakan Seni lukis adalah

penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada

suatu permukaan, yang bertujuan menciptakan berbagai image.

Image-image tersebut bisa merupakan pengekspresian ide-ide,

emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian

rupa sehingga mencapai harmoni. Adapun pengalaman yang

diekspresikan itu adalah pengalaman yang berisi keindahan

atau pengalaman estetik.

Menurut Edmund Burke Feldman pengekspresian itu

menggunakan (1) Unsur-unsur visual, yang terdiri dari

garis,

warna, bentuk, tekstur

dan ruang atau gelap terang,

(2) Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi

kesatuan,

keseimbangan,

irama

dan perbandingan ukuran.

Dari sisi lain, kritikus seni rupa Dan Suwaryono

mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor. (1)

Faktor Ideoplastis: ide, pendapat, pengalaman, emosi, fantasi,

dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah yang mendasari

penciptaan seni lukis. (2) Faktor Fisioplastis: yang meliputi

hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk organisasi

elemen-elemen visual seperti garis, warna tekstur, ruang, bentuk

(

shape

) dengan prinsip-prinsipnya. Dengan demikian faktor ini

lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.

Seni lukis adalah wujud ekspresi yang harus dipandang

secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri dari ide dan organisasi

elemen-elemen visual. Elemen-elemen visual tersebut

disusun sedemikian rupa oleh seorang pelukis dalam

bidang dua dimensional. Pengertian seni lukis sesungguhnya

mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah defenisi,

karena seni lukis juga mengenal istilah lukisan dinding, lukisan

17

Seni Budaya

miniatur, lukisan

pottery

, lukisan manuskrip, lukisan jambangan,

lukisan mosaik, lukisan potret, lukisan kaca. lukisan enamel,

lukisan teknologis yang dibuat dengan menggunakan media

elektronik, seperti komputer. Perhatikan lukisan Gambar

2.3, dikenal sebagai vector art, dikerjakan dengan komputer,

hasilnya cukup realistis. Bandingkan dengan Gambar 2.4, Di

Depan Kelambu Terbuka karya Soedjojono, dikerjakan secara

manual dan menampilkan gaya pelukisan ekspresionisme.

Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan

di ajarkan di lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya

adalah easel painting, jenis lukisan yang berukuran lebih kecil

dari lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis yang lebih

fleksibel, karena para pelukis dapat membawa easel yang praktis

itu keberbagai lokasi untuk melukis di alam bebas, di samping

dapat pula digunakan berkarya di studio seni lukis. Berikut ini

disajikan beberapa masalah yang berkaitan dengan pengetahuan

seni lukis.

2.

Uns

ur Visual

a.

Ga

ris

Titik tunggal dalam ukuran kecil memiliki tenaga yang

cukup untuk merangsang mata kita dan dapat berperan sebagai

‘awalan’. Apabila titik digerakkan maka dimensi panjangnya

akan tampak menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut

‘garis’. Garis dapat berupa goresan yang kita buat di atas sebuah

bidang, tetapi garis dapat pula mewakili bekas roda, tiang

bambu, kawat, pancaran cahaya, ruang antara dua bangunan

atau dinding, jalan yang melintasi kota, sungai, kontur tanah

yang berkelok-kelok, kontur pegunungan, bangunan, batas

Sumber: media.smashing

magazine

Gambar 2.3

Lukisan

yang menggunakan

Komputer, dikenal

sebagai

vector art

.

Sumber: Buku Kritik Seni

Rupa

Gambar 2.4

S.

Soedjojono,

Di depan

Kelambu Terbuka

, cat

minyak pada kanvas.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

18

Semester 1

dinding dengan lantai, dan seterusnya.

Garis dapat memberikan kesan gerak, ide, atau simbol. Pada

karya seni lukis garis dapat mengekspresikan suasana emosi

tertentu, seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau,

bingung, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat dibuat

tebal, tipis, kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, memanjang,

pendek, putus-putus, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis

juga dapat membangun asosiasi kita kepada kesan tertentu,

misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, diam,

dan lebar. Sementara garis vertikal kesannya agung, stabil, tinggi,

sedangkan garis diagonal kesannya, jatuh, bergerak.

Garis adalah salah satu elemen yang penting dalam seni

lukis. Pedoman seni yang penting dan ampuh sebagaimana

juga yang terdapat dalam hidup, adalah makin nyata, tajam

dan kuat garisnya, makin sempurna hasil seninya. Garis dapat

diciptakan melalui (1) kontur, garis paling luar dari benda yang

dilukis, (2) Batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang

dan gelap, (3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang

lurus, (4) batas antara dua tekstur yang berlainan.

Dalam Kebudayaan Timur, para pelukis sangat terpesona oleh

kekuatan garis, baik di Cina, Jepang, India, maupun Indonesia.

Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, pekritik

seni rupa Sudarmaji mengatakan: “Lukisan Cina klasik yang

bersifat grafis memberikan kesan puitis, lembut, penuh irama

yang terkendali, serta menimbulkan efek perasaan tenteram.

Sebaliknya pelukis Vincent van Gogh yang menggunakan garis

pendek, patah-patah menimbulkan efek yang keras tegar. Ada

kesan ledakan dan pemberontakan. Jika garis begitu ditunjang

juga oleh warna keras menyala, sempurnalah kesan kekerasan

dan pemberontakan itu. Di dunia Barat, Henry Matisse, Pablo

Picasso, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat

dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur mengikut kata

batin, akan ditemukan identifikasi seseorang. la menjadi personal.

Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan

tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume yang kesemuanya

melahirkan suatu perwatakan.”

Dari penjelasan di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa

unsur garis dalam seni lukis dapat dipergunakan sesuai dengan

kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam

seni lukis memang memerlukan latihan yang intensif, tanpa

latihan yang kontinu maka bakat tidak akan berkembang optimal.

b.

Wa

rna

Secara fisika warna ditimbulkan oleh sinar matahari, bila

kita sorotkan sinar matahari ke sebuah kaca prisma maka

19

Seni Budaya

sinar tersebut akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang

disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan

gelombang yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita

dapat melihat wama tertentu.

Pada alam terdapat dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai

pemantul dan sebagai penyerab cahaya. Secara fisiologi stimulasi

cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang

mekanisme mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan

melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali

warna itu. Secara psikologis telah terbukti bahwa warna dapat

mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita. Reaksi kita

terhadap wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya

sensitivitas setiap orang juga berbeda kepada warna-warna.

Pada berbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah

dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, seperti skema warna

klasik, skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya.

Peran warna dalam kegiatan seni lukis sangat esensial,

baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa

posmodern. Pada umumnya para pelukis memanfaatkan

warna untuk menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi rupa

alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik.

Untuk memahami lebih komprehensif peran warna dalam seni

lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna,

warna objek, pigmen, yang kesemuanya sangat menentukan

kualitas penciptaan sebuah lukisan.

c.

Sif

at Warna

Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis,

optical

property,

yaitu:

hue, value,

dan

saturation.

Hue adalah tingkat

kepekatan wama, misalnya merah, merah oranye, atau hijau, biru,

biru keunguan dan seterusnya. Yang dimaksud dengan

value

adalah fenomena kece-merlangan dan kesuraman wama. Nilai

rendah adalah warna yang cenderung suram atau kegelapan,

sementara nilai tinggi adalah kecenderungan warna yang

terang dan cemerlang. Misalnya gejala demikian dapat kita

lihat pada skala derajat warna abu-abu dari hitam ke putih.

Sedangkan

saturation

adalah intensitas nada warna untuk

menunjukkan wama-wama menyala, dan warna-warna yang

suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi

intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan

warna semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an seni

lukis Affandi dominan menggunakan warna-wama suram atau

kusam, kemudian lukisannya berkembang kepenggunaan warna-

wama yang cerah. Lihat Gambar 2.2 (halaman 11), Karya Affandi

Potret Diri dan Matahari

, 1977, yang

menggunakan warna-warna

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

20

Semester 1

merah, oranye, kuning dengan warna latar belakang yang terang

abu-abu keputihan.

d.

No

tasi Warna

Notasi warna,

color notation,

adalah sistem klasifikasi atau

identifikasi warna menurut sifat-sifat optisnya. Dalam konteks

ini dikenal Sistem Munsell, Sistem Ostwald, Sistem Plochere,

dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam

the hues of the

spectrum

terdapat pada warna pelangi di alam. Sedangkan

dalam lingkaran warna,

color circle,

dapat dilihat warna primer,

merah, biru, dan kuning. Warna skunder, adalah hijau, ungu,

oranye, ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer.

Warna komplementer letaknya bertolak belakang pada lingkaran

warna, misalnya merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan

kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan

warna putih dan hitam. Sedangkan wama netral adalah warna

abu-abu. Bila

hue

adalah nama suatu warna,

value

kecerahan

dan kecemerlangan wama, maka

chroma

adalah sifat kualitas,

intensitas, dan kejernihan warna.

e.

Wa

rna-Warna Antara

Setelah warna primer, warna skunder, dan warna

komplementer, dikenal pula warna-warna antara,

intermediate

color,

seperti merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru,

kuning hijau, dan oranye kuning. Sebenarnya dalam teori warna,

jumlah warna ada delapan puluh warna.

f.

Wa

rna Hangat dan Warna Sejuk

Dari lingkaran wama dapat pula ditentukan warna hangat-

panas dan warna sejuk-dingin,

the warm color, the cool color.

Warna yang memberi efek kehangatan adalah merah, oranye

dan kuning, sementara wama hijau dan biru memberikan efek

yang menyejukkan.

Sumber: Buku Apresiasi Seni

Gambar 2.5

Lingkaran Warna, memperlihatkan warna primer

merah, kuning, biru; warna sekunder hijau, oranye dan ungu;

warna tertier, hijau tua, hijau muda, orange kekuningan, ungu

tua dan ungu muda.

21

Seni Budaya

Pengertian ini kita terjemahkan dari penglaman keseharian,

pada saat kita mendekati wama api yang merah, kita tentu

merasa kehangatan, atau, malah jika terlalu dekat bisa kepanasan.

Sementara bila kita berada di daerah pegunungan yang hijau

atau gunung yang kebiruan kita merasakan iklim yang sejuk.

Asosiasi kita mengenai pengalaman

real

seperti itu menyebabkan

kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna

merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru

memberikan efek menyejukkan atau dingin.

g.

Wa

rna Kromatik dan Akromatik

Warna kromatik,

chromatic color,

terdiri dan warna hitam,

putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik,

achromatic color,

seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye dan

seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering

diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna

yang meriah, menggunakan banyak warna, disebut

polychromatic.

h.

Wa

rna Objek dan Warna Pigmen

Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna

spektrum, yang mengenai mekanisme mata pengamat adalah

warna spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang

dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya biru, maka

warna spektrum biru panjang gelombang birulah yang dicerap

mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah

pantulan warna biru, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan

ob

jek tersebut.

Wa r n a

pigment

atau

coloring material

yang berupa bubuk

halus yang disatukan dengan zat pengikat, atau

paint vehicle

merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat

poster, cat

gouache,

cat tempera, cat minyak, cat akrilik, dan

lain sebagainya.

Sumber: Buku Apresiasi Seni

Gambar 2.6

Gradasi warna merah sampai kuning disebut warna

panas, sedangkan dari wana biru sampai hijau muda disebut warna

dingin.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

22

Semester 1

3.

Ruang

R

uang,

space, extens or area of ground, surface etc.

Artinya,

ruang adalah keluasan

dari suatu bidang atau permukaan. Dalam

Design Elementer

disebutkan ruang bisa dikatakan

bentuk dua

atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan positif

atau negatif yang dibatasi oleh limit.

Berbeda dengan pengertian garis, ruang mempunyai dua

dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai

gerakan arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal,

horisontal, bergelombang, lurus, melengkung dan lain-lainnya.

Untuk memperjelas ini, maka batasan utama adalah yang

paling sesuai, yaitu ruang adalah keleluasaan dari satu bidang

atau permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensional.

4.

Tek

stur

Pada umumnya para pelukis memanfaatkan tekstur,

texture

is quality of surface: smooth, rough, slick, grainy, soft, or hard.

Kualitas taktil dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau

berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran

permukaan objek, seperti

.

buah-buahan, kulit, rambut, batu,

kain, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa

kasar, halus, keras, lunak, berbutir, bisa juga kasar atau licin,

teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang

ingin diekspresikan.

Tekstur dibuat di atas kanvas, bisa dengan cat yang dicampur

dengan bahan-bahan lain, seperti

modeling paste,

pasir, bubuk

marmar, dan lain lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak

semata-mata dari segi teknis, tetapi mengacu kepada substansi

lukisan, atau ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan

unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur merupakan

pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu sendiri.

Para pelukis memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi,

fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan

kesengajaan pelukisnya, maupun karena sifat dari media yang

dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis

formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur

yang berdiri sendiri, artinya tidak ada kaitannya dengan tujuan

eksternal tertentu, bagi mereka penggarapan tekstur semata-

mata untuk mencapai efek estetis dalam kesatuan lukisan. Lihat

pada lukisan Ahmad Sadali (gambar 2.7), yang menggunakan

tekstur nyata dengan latar pewarnaan yang kelam, kemudian

diberi aksentuasi warna-warna emas. Sedangkan pada gambar

2.8, Fajar Sidik menyajikan latar warna cerah merah dengan

menyajikan bentuk-bentuk lingkaran, segi tiga, trapesium dan

lain-lain. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna merah, hijau tua,

biru laut, hijau muda, merah jambu, oranye dan kuning gading.

23

Seni Budaya

Fajar Sidik berusaha menggabungkan peralihan bentuk dengan

warna komplementer merah-hijau dalam intensitas warna yang

berlainan. Efek pengisian warna pada motif berwarna gelap

menghasilkan garis yang tegas di sekeliling motif tadi. Hal ini

menimbulkan efek ritmis yang dinamis nyaris di seluruh bidang

kanvas. Bentuk dan warna bulan sabit tampil sebagai keunikan

lukisan (

singular sign

).

Jika seseorang mengamati permukaan lukisan dan mendapat

kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut benar-benar juga

kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan memberi kesan halus,

ketika diraba juga halus, maka jenis tekstur seperti itu disebut

tekstur nyata, actual texture,

karena antara hasil pengamatan

dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang

mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek

lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau

kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur

seperti ini disebut

tekstur semu, simulated texture or synthetic texture,

Karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya

tidak sama melainkan berbeda alias tidak nyata. Biasanya tekstur

seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada,

dan garis.

Bagaimana pemanfaatan unsur tekstur ini dalam lukisan,

dapat disimak pada uraian berikut, The expressionist type of picture

(see van Gogh: Night Café); gives a violent

and spasmodic sensation

of movement through its texture, in accord with the more powerful

emotion the artist wishes to express (Meyers, 2004: 161). Dengan

demikian maka pemanfaatan tekstur seiring dengan keinginan

Sumber: Buku Tokoh-Tokoh Pelukis

Indonesia

Gambar 2.7

Ahmad Sadali, contoh

lukisan yang memanfaatkan tekstur

nyata.

Sumber: Buku Kritik Seni Rupa

Gambar 2.8

Fajar Sidik,

contoh lukisan non figuratif,

menampilkan kesan ritmis

yang dinamis.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

24

Semester 1

mengekspresikan sesuatu, pada kasus van Gogh terlihat kaitan

antara tekstur dengan emosi pelukisnya.

5.

Ben

tuk

Semua karya seni rupa mempunyai bentuk, apakah realistik

atau abstrak, representasional atau non representasional,

dirancang dengan cermat dan hati-hati atau dihasilkan dengan

spontan. Seni lukis, apapun jenis dan alirannya semuanya

merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni.

Dalam teori seni pemakaian istilah bentuk merupakan

terjemahan dari

shape,

sedangkan istilah wujud merupakan

terjemahan dari

form.

Bentuk biasanya diartikan sebagai

aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang

disebut rupa atau wujud. Dalam konteks seni rupa, wujud

mengandung pengertian yang khas, yaitu yang memberikan

tatanan khusus sehingga mampu mempengaruhi persepsi

pengamat. Artinya wujud atau perupaan yang mampu

merangsang pengalaman psikologis tertentu bagi pengamat.

Dalam praktiknya istilah ini sering dipertukarkan pemakaiannya.

Di Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan istilah bentuk

untuk mengartikan rupa atau wujud karya seni.

Bentuk dalam pengertian seni lukis memiliki banyak segi,

ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk non

figuratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan

bentuk

imitatif yakni

berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam

(keindahan pegunungan, pantai, daerah pertanian, fauna, flora,

potret, dalam

setting

alamiahnya) atau bentuk ciptaan manusia

(seperti pabrik, kota, pelabuhan, café, dan lain-lain) objek

ini di lukis persis seperti keadaan aslinya). Karya-karya yang

dihasilkan dengan sendirinya cenderung menjadi

naturalisme

Sumber:

melbournneblogger.

blogspot.com

Gambar 2.9

Pablo

Picasso,

Guernica

,

satu lukisan yang

menggambarkan perang

saudara di Spanyol, salah

satu karya masterpiece

kubisme. Perhatikan

distorsi penggambaran

figur manusia atau hewan

yang atraktif, contoh

karya seni dengan interes

bentuk semi figuratif.

25

Seni Budaya

atau

realisme.

Atau jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan

bawah sadar pencipatanya, maka bisa pula menghasilkan karya-

karya

surealisme

seperti pada karya-karya Salvador Dali, Sudibio,

atau Ivan Sagito.

Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk

yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang

lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan

gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik

pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan

perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya

ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan

pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris,

teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib,

teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai

dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari

analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan

yang bervariasi, seperti lukisan kubisme,

optical art

dan

sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa

pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak

lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam

kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna

yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan

menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau

color field painting

, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika

pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak

ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk

itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut

bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau

karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis

dan lain-lain.

G.

Penciptaan De

sain

Desain sebagai kata kerja berarti proses penciptaan objek baru,

sedangkan sebagai kata benda desain berarti hasil akhir sebuah

proses kreatif baik dalam wujud rencana, proposal, atau karya

desain sebagai objek nyata.

Sebagai aktivitas reka letak atau perancangan, desain dikerjakan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan benda-benda

fugsional yang estetis. Proses kreasi desain mencakup (1) studi

pendahuluan (2) Profil Pasar dan Segmen Konsumen. (3) Alternatif

Desain, (4) Uji coba, dan (5) Standar prosedur Produksi.

Penciptaan desain bisa atas dasar pesanan pihak tertentu, dan bisa

pula berupa ciptaan pedesain yang ditawarkan kepada masyarakat

yang menjadi segmen pasar. Pada tahap studi pendahuluan pedesain

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

26

Semester 1

mengkaji trend produk sejenis, aspek bahan baku, teknik dan

proses kreasi, susunan rupa, gaya, fungsi, harga, dari jenis desain

yang akan diciptakan.

Penciptaan alternatif desain pada umumnya mempertimbangkan

faktor kebutuhan fungsional, faktor estetis, faktor lingkungan, dan

faktor kenyamanan dan keamanan masyarakat pengguna desain, baik

dalam arti fisik maupun mental. Sedangkan uji coba merupakan

upaya mendeteksi sejauh mana alternatif desain awal telah memenuhi

kriteria standar desain. Kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi

yang dilakukan dipergunakan untuk memperbaiki desain awal,

sehingga diperoleh karya desain yang representatif dan memuaskan.

H.

Prinsip Desain

Dalam proses kreasi seorang pedesain biasanya memerlukan

pengetahuan dasar tentang keselarasan, kesebandingan, irama,

keseimbangan dan penekanan.

1.

Kes

elarasan (

harmony

)

Dalam suatu desain adalah keteraturan tatanan di antara

bagian-bagian desain, yaitu susunan yang seimbang, menjadi

satu kesatuan yang padu dan utuh, masing-masing saling

mengisi sehingga mencapai kualitas yang disebut harmoni.

Faktor keselarasan merupakan hal utama dan penting dalam

penciptaan sebuah karya desain.

2.

Kes

ebandingan (

proportion

)

Merupakan perbandingan antar satu bagian dengan bagian

lain, atau antara bagian-bagian dengan unsur keseluruhan secara

visual memberikan efek menyenangkan, artinya tidak timpang

atau janggal baik dari segi bentuk maupun warna.

Sumber: www.griya-asri.

com

Gambar 2.10

Desain

Interior Modern.

Menerapkan konsep

bentuk mengikuti fungsi.

27

Seni Budaya

3.

Irama (

rythme

)

D

alam pengertian visual dapat dirasakan karena ada faktor

pengulangan di atas bidang atau dalam ruang, yang menyebabkan

timbulnya efek optik seperti gerakan, getaran, atau perpindahan

dari unsur yang satu ke unsur yang lain. Faktor irama ini

kerap kali memandu mata kita mengikuti arah gerakan dalam

karya desain.

4.

Ke

seimbangan (

balance

)

Dalam penciptaan desain adalah upaya penciptaan karya

yang memiliki daya tarik visual. Kesimbangan pada unsur dan

bagian desain, maupun pada keindahan dan fungsi desain.

Keseimbangan dapat memberikan efek formal (simetri),

informal (asimetri), atau efek statik (piramid) dan dinamik

(bola) efek memusat, memencar, dan lain sebagainya. Jadi

faktor keseimbangan bertalian dengan penempatan unsur

visual, keterpaduan unsur, ukuran, atau kehadiran unsur pada

keluasan bidang-ruang terjaga bila struktur rupa serasi dan

sepadan, dengan kata lain bobot tatanan rupa memberi kesan

mantap dan kukuh.

5.

Pen

ekanan (

emphasis

)

Dalam merealisasi gagasan desain, adalah penentuan faktor

utama yang ditonjolkan karena kepentingannya, ada faktor

pendukung gagasan yang penyajiannya tidak perlu mengundang

perhatian, meski kehadirannya dalam keseluruhan desain tetap

penting. Prinsip penekanan dapat dilakukan dengan distorsi

ukuran, bentuk, irama, arah, warna kontras, dan lain-lain.

Sumber:

Collection J. and L.

Langewis

Gambar 2.12

Desain Tekstil,

motif manusia, pohon

hayat, burung, dalam aneka

pewarnaan.

Sumber: Buku Art of

Indonesia

Gambar 2.11

Keris dengan

Figur Semar